November 19, 2012

Kalah Jadi Abu, Menang Jadi Arang



Pagi tadi air mata saya meleleh dalam diam. 

Kebiasaan rutin tiap pagi di rumah saya itu menonton berita begitu mata terbuka byar. Dan pagi ini, saat sedari kemarin saya sendirian saja ada di rumah, Bapak dan Ibu saya ada di Jakarta kondangan kawinan, saya tertegun menyaksikan layar kaca di tengah kesendirian.

Tentang konflik Palestina dan Israel.

Benar, ini memang bukan berita baru. Tapi pagi ini saat saya hanya seorang diri dan mencoba memusatkan konsentrasi pada televisi, saya merasa begitu emosional menyaksikan nyawa begitu murahnya diumbar-umbar. Bukan Tuhan, melainkan manusia yang dengan mudahnya mencabut nyawa manusia lainnya. Biadab!

Saya tidak membela manapun, meskipun saya muslim saya tidak ada tendensi menyudutkan pihak tertentu. Keduanya sama-sama terdiri dari kumpulan orang-orang bernyawa yang punya keluarga. Bayangkan, jika satu orang dimatikan akan ada berapa orang yang terancam nyawanya. Andaikata yang mati orang militer, jelas dia punya keluarga. Jika dia mati, bukankah sama saja nyawa anggota keluarganya pun terancam. Apalagi bagi orang sipil, bagaimana bisa mereka yang (pasti) membenci perang menjadi korban dari kekejaman perang itu sendiri. Biadab!

Seharusnya semua industri alat pertahanan keamanan (saya menyebutnya alat perang) dihancurkan. Semua industri ini dimatikan. Mereka memuluskan jalan permusuhan. Wajar jika tiap manusi punya rasa sakit hati bahkan dendam, pun dengan keinginan berkuasa (semua ini menjelma menjadi wajah pertempuran-pertempuran di dunia). Bagi saya, benda-benda itu semakin melanggengkan permusuhan. 

Oke, mungkin logika saya salah. Tidak seharusnya saya mengkambinghitamkan alat perang yang padahal dibuat manusia-manusia juga. Saya hanya berpikir, jangan-jangan jangan-jangan. Kita tidak tahu faktanya, yang kita tahu hanya apa yang sudah diwujudkan oleh media, yang sudah sudah direalitakan oleh televisi, koran, majalah, radio atau cerita-cerita manusia. Kita sama sekali tidak tahu fakta sebenarnya seperti apa. 

Di otak saya terbayang adegan-adegan di film, jangan-jangan ini hanya buat-buatan pihak tertentu untuk melanggengkan kekuasaan. Siapa? Bakul pistol, pengembang-pengembang senjata, penguasa industri alat perang. Oke, ini mungkin efek saya nonton serial drama korea The King 2 Hearts (drama romantis yang membawa latar belakang perang Korsel-Korut). Bahwa sebenarnya yang diuntungkan dalam pertempuran adalah industri senjata, dan merekalah yang sebenarnya membenci perdamaian.

Tentu saja. Pastilah perang di dunia ini tidak sesederhana di film. Tapi, bukankah seringkali permusuhan hanya diawali oleh hal-hal sepele, yang dipelihara lalu jadi besar (seringnya bahkan dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan tertentu).

Saya tak tahu pasti. Tapi sebagaimana yang kita tahu, pepatah mengatakan “kalah jadi abu menang jadi arang”. Dalam pertempuran, semua pihak yang bersengketa tidak akan ada yang menang. Semua kalah. Tidak ada kebahagian menang perang, yang ada hanya nestapa yang ditimbulkan akibat perang. 

RIP to people who died by war. Alfatihah...


*gambar dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar