Desember 29, 2015

Refleksi Kesepian

Pernahkah kamu berpikir tentang kesepian? tentang kesendirian?
Kamu berfikir bahwa mungkin kamu sekarang baik-baik saja kamu sendirian atau kesepian (yang kadang-kadang datang), karena kamu punya banyak teman, kamu punya banyak keluarga, yang membuatmu hidupmu sibuk, ramai, banyak pikiran (hahah!)

Sekalipun kamu punya pasangan sekarang (yang membuatmu tentu tak kesepian), pernahkah berfikir bahwa kelak ketika umurmu sudah menua, andai kamu ditinggal pasanganmu duluan ke kehidupan yang lain, kamu akan bertahan dengan siapa? Dengan anak-anakmu kah? atau Ibumu? Saudaramu?

Saya bayanginnya aja kok ngeri-ngeri sedep ya. hahaha. Sama siapa ya saya nanti...

Saya sih kepikiran pulang ke rumah ibu atau bapak, kalau masih ada. Kalau sudah tak ada? haha! kemana ya...

Ke adek saya (mungkin). Tapi dia juga sudah tua, dan sudah pasti dia sudah punya rencana sendiri. Haha!


Ini ngelantur. Tapi patut direncanakan. Dan direnungkan. Belum ada kan asuransi yang menjamin ke-sendirian/kesepian)-an kita sampai hari tua (hahah!). 

Desember 16, 2015

What's in a Name?

Kalau tidak salah dengar pas sekolah ngaji jaman kecil dulu, Pak Ustad bilang "jangan manggil temen pakai nama asal, apalagi kalau temennya gak suka. yang gak ridho bikin dosa." Apalagi pas kecil itu siapa sih yang gak panggil-panggilan pake nama orang tua (Ish!!). Dosanya jadi dobel, temen kita gak rido dan satunya jadi kualat sama orang tua. 

Tapi mungkin, panggilan yang demikian -panggilan asal, atau kadang malah ejekan- justru tanda sayang (halah!) haha

Di kantor, beberapa teman memanggil saya Sri (saya sendiri tak paham bagaimana bisa). Di awal agak menyebalkan (yakali nama bagus dari bapak ibuk lalu jadi Sri!), tapi toh pada akhirnya saya nengok-nengok juga dipanggil Sri. 

Dulu SMA saya dipanggil Emon. Dari Doraemon. Kenapa? Karena kata mereka saya bulat mirip doraemon (ngeselin ya!?) Pada akhirnya saya juga nengok-nengok aja dipanggil demikian. Ternyata lebih menguntungkan, kalau bertemu teman di jalan dan panggil "mon.. mon" itu berarti temen sekelas saya haha (dodol!)

Jadi, apalah arti sebuah panggilan? 
Berarti pasti. Nama itu remark. Label eksistensi. Kalo kata orang tua sih doa. 

Tinggal ikhlas engga yang dipanggil. Ati-ati dosa lho!




Desember 11, 2015

Penulis Kambuhan

Ada kalanya dulu, bertahun-tahun silam, di beberapa malam saya menuturkan sebuah cerita -yang tentunya saya karang- pada adek saya sebelum tidur. Kebanyakan cerita dari buku pelajaran bahasa indonesia yang lalu saya kembang-kembangkan. Barangkali saya harus menkonfirmasi kepada dia apa masih ingat atau justru sebaliknya. Mungkin juga dia mau mendengar karena terpaksa! Haha!

Lalu dikemudian hari, saya gemar menulis cerita. Kebanyakan tentang mengembangkan (istilahnya sekarang reintrepretasi! :D ) dari sinetron yg saya tonton (what the f! Yak saya penonton sinetron karena mengikuti kegemaran ibuk saya bahahahak). Cerita saya tulis di sebuah buku bekas buku ulangan yang sudah tak terpakai. Entahlah kemana buku-buku itu sekarang.

Saya juga penulis diary. Dari SD hingga SMA. Mulai dr buku biasa sampe yang bentuknya ada kuncinya. Dan saya yakin pasti si ibuklah pembaca setia-nya hahaha! Kemana mereka semua? Entahlah. Kala itu saya bukan tipe anak extrovert (sekarang?!) yang mau mempublikasikan perasaannya. Jadi buku diary, habis kemudian dibuang.

Pernah menulis cerpen lalu menang di sebuah kompetisi. Beberapa kali menulis cerpen dikirim ke media, sayang tak lolos. Masa kuliah saya begitu aktif menulis lagi. Menulis tugas kuliah! Haha! Mahasiswa jurnalistik wajib menulis berita lho tiap pekan.

Impian saya menjadi penulis fiksi terpupuk. Lalu terlupakan diantara denyutan kesibukan pekerjaan hingga kini. Sampai beberapa jam yang lalu, muncul pesan singkat dari Bapak "Bapak minta dibuatin cerpen ya, buat nyusun buku pendamping pelajaran bahasa indonesia."

Pesan pemantik. Membuat saya merenung lalu menulis hal panjang ini tadi. Menjadi penulis fiksi masih impian. Menemukan nama saya berjejer di rak toko buku senusantara masih harapan. Mudah-mudahan!


*lanjutin nulis cerita-cerita yang baru openingnya aja :D :D :D*

September 21, 2015

Laki-laki Ini


Laki-laki ini bukan siapa-siapa. Dia hanya orang yang merangkai gambar-gambar indah si juru kamera. Meramu potongan-potongan cerita menjadi sebuah mahakarya. Ia melengkapi ruh pada jalinan gambar bercerita. Dunianya adalah bilik berdinding karpet, berukuran dua kali dua. Dimana ia bebas untuk menjadi dirinya.

Kadang, hidupnya tak lebih indah dari potongan cerita orang yang sedang diramunya. Tak lebih mudah dari cerita tentang kesulitan orang yang sedang dikerjakannya. Bahwa kemudian dia meyakini semua sudah ada jalannya.

Kemudian dia lah yang membuat perempuan ini percaya diri lagi. Mendefinisikan komitmen tanpa perlu banyak bicara. Menggambarkan masa depan disandingkan dengan kenyataan. Memetakan kehidupan matang dengan perencanaan. Bahwa dalam kehidupan akan sering banyak pilihan yang harus diputuskan spontan, yang butuh ketegasan.

Maka laki-laki ini lah yang membuat perempuan ini jatuh cinta.

Juni 11, 2015

Pulang Kantor

Kebiasaan menyenangkan di kantor. Silakan untuk datang siang. Tak harus jam 9 duduk manis di kantor. Mungkin beberapa orang menyebutnya kondisi idaman. Yang jelas, mesin presensi tetap mencatat kehadiran individu minimal 8 jam.

Datang siang, pulang tentu lebih larut dari pegawai kantor pada umumnya. Jam 10 bisa jadi sampai jam 1 malam. Atau lebih. Mungkin beberapa orang menganggapnya keuntungan. Bisa terhindar dari macet yang senantiasa membuat orang hampir kesetanan.

Semalam, saya dan kekasih saya sempat berbincang dengan rekan beda devisi. Beliau supervisor di salah satu bagian, cantik, dan masih terhitung pengantin baru. Jam setengah 9 malam selepas saya balik dari makan malam. Dia berjalan kembali masuk gedung, setelah katanya menunggu taksi di luar yang tak kunjung dapat.

"Jam segini taksi susah mba..." Yang seperti ini, biasanya percakapan basa-basi.
"Iya." sahutnya.
"Aku biasa pulang diatas jam 12 sih, taksi di luar banyak." Sahut kekasih saya.
"Nanti kalau udah menikah, pasti jam 9 udah bawannya pengen pulang." Sahutnya.
Kami lalu tertawa bersama.

Dalam hati, iya juga sih.

Beberapa orang, mungkin menikmati berangkat ke kantor siang dengan asumsi "udah engga terlalu macet". Pas pulang lebih dari jam 10 malam, "jalanan udah sepi kalo jam segitu." Tebak-tebak sih, mungkin yang demikian ini tidak (belum) punya prioritas lain selain di kantor. Prioritasnya karir. Tapi berdasar riset amatir, hasil dari mengamati beberapa orang di kantor, yang demikian ini kebanyakan single, belum berkeluarga. Ini belum sahih lho. Cuma asumsi. Eh tapi yang single, pulang kerja tepat waktu juga banyak. Banyak alasanlah.

Hidup kan memang soal pilihan, dan soal menentukan prioritas.


Mei 29, 2015

Membuktikan "Katanya..."

Pagi ini, subuh-subuh kami (saya dan adek) tertawa -getir- bersama. Tentang delete contact, unfollow, blocked, akun media sosial kami oleh... ngg... mantan saya. Kenapa kami, karena tadinya si adek juga temenan akun sosmed dengan mantan.

Saya sih pada akhirnya, yasudahlah... itu pilihannya. Dan pasti ada alasannya kok.

Kami pernah bersama, lalu berpisah. Teman kami merupakan teman yang sama, saya rasa itu mustahil diingkari, bukan berarti demi "move on" saya lalu menghapus semua jejak masa lampau saya (kami). Ketika kami selesai, tak serta merta saya meminta adek saya lalu memutus hubungan pertemanannya dengan mantan.

Tapi, ketika adek saya kemudian berkelakar dia bilang sudah tidak berteman di media sosial karena sepertinya diblocked, kami hanya tertawa bersama. Dalam tawa, kami semacam membenarkan yang tadinya hanya sebuah kalimat "katanya". Bahwa katanya berakhirnya sebuah hubungannya percintaan, buntutnya panjang terhadap hubungan pertemanan yang ada dilingkaran kedua belah pihak. Aha, ternyata benar! Haha!




"Aku sudah mulai lupaSaat pertama rasakan laraOleh harapan yang pupusHingga hati cedera serius-Terlatih Patah Hati, The Rain 


Mei 28, 2015

Waktu Berubah. Atau Kita?

Perasaannya berantakan. Malam ini ia tidur memeluk si bungsu mengelus rambut panjangnya sesekali menyeka air mata yang masih turun membelai pipinya.

Masih lekat terngiang bentakan Andra di telinganya, "Apa yang kamu banggakan dari karir yang terus naik kalau keluargamu berantakan?!"

Ia tak suka konfrontasi. Maka ia memilih menyingkir dari perdebatan menuju kamar si bungsu. Si sulung sedang menginap di rumah tantenya. Hari ini ia terlambat menjemputnya pulang les, karena meeting di kantor molor berjam-jam dari jadwal semula.

Ia sudah meminta maaf tak bisa menjemput si sulung. Benar bahwa hal ini bukan pertama kalinya, beberapa kali sulung harus menginap di rumah tantenya karena terlalu larut untuk membawanya pulang.

Tapi protes Andra memancing amarahnya juga akhirnya. Andra menyoal pekerjaannya, yang bahkan Andra sendirilah yang memberi restu untuk ia mau dipromosikan jadi supervisor di kantornya. Baru beberapa bulan dan lalu sekarang Andra mempersoalkannya.


*Tempora mutatur et nos mutatur in illis
Waktu berubah dan kita pun berubah di dalamnya (pepatah Latin)


#fiksimini

Mei 21, 2015

Cara Tuhan

Kadang kurasa lelah,
Harus tampil sempurna
Ingin kuteriakkannn... Rocker juga manusia...
~

Saya bukan rocker, saya orang biasa.

Hari bertambah, usia berkurang. SD dekat kantor masih riuh polah teriak anak-anak meski sudah hampir kena gusur. Lahan parkir dekat kantor makin berkurang, menang oleh saudagar bangunan. Banyak pegawai baru datang, meski tak sedikit kawan seangkatan yang lulus duluan. Sementara saya, sembari menghitung waktu mencoba peruntungan dari situs penyedia lowongan. Barangkali, saya ada kesempatan menimba ilmu di tempat lain.

Kabarnya, amanah itu diberi. Dikasih oleh Tuhan. Sama halnya quote "Tuhan memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan". Yang artinya, amanah yang kita pegang sekarang semata-mata sudah dihitung Tuhan bahwa kita sanggup. Dan menurut Tuhan itu yang terbaik buat kita, meski sering kali -saya- misuh-misuh juga kenapa saya diberi amanah sedemikian susah.

Lalu bahwa susah atau mudah sebenarnya hanya soal perspektif. Memandang satu hal dari sudut lain, supaya yang kelihatannya susah bisa jadi malah mudah. Coba berpikir out of the box supaya yang susah menjadi mudah. Barangkali ini justru PR besar selanjutnya, out of the box yang seperti apa??

Kosan pindah ke tempat yang lebih nyaman, buktinya alergi bersin-bersin saya berkurang bahkan nyaris hilang. Meski sempit kamarnya. Tiap malam terdengar ramai orang-orang kampung main badminton di lapangan depan kosan. Seperti malam sekarang. Pastilah Tuhan pun punya alasan, menunjuk saya tinggal di kamar kos ini. Barangkali akibatnya belum nampak, yang jelas saya jadi bisa pulang teratur, tak bisa larut, karena aturan kos yang ada jam malam.

Yah, begitulah memang Tuhan bekerja.

April 20, 2015

Cincin




Simbol. Tanda. Petanda. Semacam belajar semiotika. 
Tapi disana letak impian saya. 
Selamat datang cinta. Tak pernah lelah bibir ini berucap doa. Semoga! 


Maret 21, 2015

Habibie Lainnya


Bukan hanya Habibie, siapapun... Seorang kekasih akan selalu nampak luar biasa ketika mengisahkan tentang kekasihnya. Tiap kata yang keluar merupakan pujian meski yang diceritakan adalah kebiasaan buruk kekasihnya. Mata seorang kekasih, juga masih akan sarat pemujaan ketika bertutur tentang kekasihnya.

Di luar sana, di bumi ini, ada banyak pasangan seperti mereka. Maka, bukan tak mungkin pula kita bisa menjadi bagian dari mereka!



*gambar dari sini

Februari 08, 2015

Naik Motor Keliling Kota

Tahun lalu, di akhir tahun saya kepingin punya motor. Mengingat akomodasi di Jakart kemana-mana agak repot (walau tak bisa dibilang susah), punya motor jadi harapan. Cuma, setelah beberapa kali naik motor di jalan -amoral- Jakarta jadi pikir-pikir lagi sih.

Beberapa kali nyoba (lagi) naik motor di jalanan Jakarta, motor dipinjemin sih, tapi sensasinya deg deg duer... berasa inget jaman dulu naik motor pertama kali di jalan raya pasca baru bisa naik motor.
Ada banyak tantangan naik motor di Jakarta.

Naik motor di sini mikir semacam mau UAS. Mungkin lebih tepatnya berstrategi sih. Banyak jalan bikin bingung. Mau belok kemana harus dipikirin, padahal lampu merah masih satu km di depan. Kalau sudah di lampu merah dan belum tahu harus belok kemana siap-sip deh diteriakin, diklaksonin. Driver di Jakarta engga selow.

Terus andaikata salah jalan, salah belok. Udah deh muternya jauuuuuuuuhhh.... Kalo di kampung salah belok tinggal puter balik, di sini puter baliknya jauh. Harus sabar.

Februari 07, 2015

I love you because...



"So, I love you because the entire universe conspired to help me find you"
-Paulo Coelho, The Alchemist

Januari 31, 2015

Soal pilih yang mana...

Hari ini topik kami tentang cinta, cinta antara dua orang beda jenis. Di meja breakout kantor, kami -saya dan beberapa rekan- membicarakan tentang relasi istimewa rekan kami lainnya. 

Bagaimana sepasang manusia yang belum lama berelasi istimewa ini, kini malah sudah menikah dengan pasangan masing-masing dalam rentang waktu belum ada setahun pasca menjalin cinta lalu putus begitu saja.

Adalah jodoh, sama dengan rejeki, yang tidak bisa ditebak. Juga perkara nasib, sangat bisa kita usahakan. Meski ada Tuhan yang campur tangan. Maka perihal bersama atau tidak bersama, biar Tuhan saja yang atur.

Tujuan sebuah hubungan bukan lain adalah bahagia. Bisa bahagia dengan bersama, atau justru dengan tidak bersama. 

Januari 03, 2015

Lelaki Baik

Malam ini, ketika playlist mengalunkan soundtrack film favorit saya Hari untuk Amanda (So Right-nya Music for Sale), pikiran saya melayang-layang melupakan denyutan tipis rasa sakit yang mendera di pipi kanan. Karena sakit gigi.

Saya bersyukur. Jika di luar sana, ada cerita bahwa tak sedikit perempuan yang mendapat kawan dekat (pacar) tak baik, saya tidak demikiam. Di seperempat abad usia perhitungan manusia, saya telah mengenal dekat dua orang lelaki yang luar biasa baik. Bapak saya tak masuk hitungan.