Februari 17, 2014

Perempuan Pecinta Senja

Perempuan itu terpaku menatap senja yang hampir menghilang. Pandangannya nanar. Atas nama senja akhirnya ia menyerah. Meletakkan seluruh keyakinannya. Ia baru tersadar bahwa senja hanya mampu memberikan kegelapan, kelam.

Meski ia pernah bercerita ia begitu mengagumi senja, mencintainya sepenuh hati dengan penerimaan atas konsekuensi senja : malam.

Sayangnya, malam terlalu kejam. Perempuan itu tak cukup tangguh untuk berdiri di tengah malam, apalagi berjalan di tengah pekatnya malam. Senja membiarkan ia berkelana di sepanjang malam sendirian, sampai untuk bertemu senja keesokan hari.

Perempuan itu berusaha tegar, tertawa-tawa seolah tak takut malam. Berusaha menunjukkan dunia bahwa ia perkasa, yang akan mampu menaklukan malam. Sayangnya ia tetap perempuan. Yang kadang butuh dituntun di tengah malam. Yang seringkali butuh ditunjukkan jalan!

Dan senja tetaplah menjadi senja. Indah dan cantik untuk dikagumi, sayang terlalu sebentar untuk bisa dinikmati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar