September 05, 2012

delusional dan hyperrealitas

Di linimasa, saya mengikuti beberapa akun tokoh fiksi dari novel favorit saya, @alexandrarheaw, @KahlilZafran, dan @IanGenduuut. Yang pertama, adalah tokoh perempuan rekaan Ika Natasha dari novel Divortaire yang kini dilanjutkan jilid keduanya dengan judul Twivortaire (sayangnya, saya belum baca!). sementara yang kedua selanjutnya adalah tokoh fiksi buatan Donny Dirgantara dalam novel 5cm.

Awalnya, saya follow akun-akun ini untuk seru-seruan. saya termasuk orang yang simpel saat follow akun tertentu, asal asik, twitnya tak terlalu mengganggu saya ikuti. termasuk ketiga akun tadi.

Makin lama, saya serasa terjebak dalam bayangan bahwa tokoh itu nyata. delusional. membaca twit-twitnya, menikmati gambar-gambar yang diselipkan membuat saya sempat percaya bahwa sebenarnya tokoh itu real. mereka beraktifitas, bekerja, tidur, makan, berkehidupan layaknya manusia sesungguhnya semakin membangun bayangan itu. bahkan saya sempat tidak mempercayai saat Ika Natasha menyebutkan bahwa dialah admin sesungguhnya dari akun @alexandrarheaw.

Jejaring sosial memudahkan siapapun untuk berinteraksi langsung dengan si pemilik akun. sehingga tak heran jika publik pun bisa dengan bebas berinteraksi dengan tokoh yang (tadinya) imajinasi ini. Fantastis, mengingat follower akun @alexandrarhea ini telah mencapai ribuan orang.

Jean Boudrillad, seorang posmodernis asal Perancis menyebutkan ada suatu kondisi dimana orang sudah tidak mampu lagi membedakan mana realitas sesungguhnya dan mana realitas bentukan, kepalsuan menjadi berbaur dengan keaslian, fakta bercampur rekayasa. itulah dunia hyperrealitas. dunia fiksi bersenyawa dengan (seolah) dunia nyata. dan si alexandra yang tadinya hanya ada di buku, kini menjadi nyata (seolah) ada di dunia, di jakarta!

Konsekuensi dari dunia hyperrealitas tadi adalah orang, yang pada dasarnya memang berjiwa konsumtif, mengkonsumsi sesuatu menjadi secara berlebihan (makin konsumtif). publik senantiasa mengikuti twit-twit dari sang tokoh, menanti, bahkan protes bila sang tokoh fiksi lama tak muncul di linimasa.

Agaknya, kecenderungan inilah yang kemudian oleh pihak tertentu (penulis fiksi tersebut) menjadi celah untuk membuat atau bahkan mempromosikan produk barunya. maka, tak heran jika Twivortaire, yang aslinya hanya kumpulan twit dari sang tokoh seketika laris manis di pasaran novel metropop (genre novel sebangsa chicklit) tak lama setelah di-launching. bahkan selang satu minggu after launching di toko buku, saya cari sudah tak ada. menakjubkan. saya pikir itu sah-sah saja. atau mungkin malah, saya rasa harus ada pengkategorian khusus mengenai jenis promosi seperti ini selain 4 bentuk promosi yang pernah saya pelajari di bangku kuliah (personal selling, sales promotion, PR, dan advertising) hahaha :D

Maka jangan kaget andaikata nanti ada akun (misalnya) @harrypotter yang ngetwit sedang liburan bersama ginny dan ketiga anaknya di hogsmeade yang disertai dengan foto liburannya :D




*gambar dari sini

2 komentar:

  1. Yang penting jangan sampe hiper-realitas itu membuat seseorang menderita skizofrenia, punya teman khayalan, segala yang imajiner dan realita bercampur dan sulit dibedakan. Ngeri, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. katanya suate ketika dunia akan sampe pada saat itu, saat yang imajiner dan realkita tak bisa lagi dibedakan. amit-amit...

      Hapus