Mei 04, 2013

Bekas Kuburan

"Neng, kosnya di gang aren yang tingkat adep-adepan itu ya?" Tanya abang-abang penjual soto.
"Bukan, sebelahnya lagi." Jawab saya.
"Oh... Kirain yang itu."
"Kenapa, Bang?"
"Kalo yang itu bekas kuburan, neng..."
Mata saya membulat. "Oh..." Kata saya. Padahal di dalam hati agak gimana juga mengingat jam pulang kerja saya selalu larut. Dan jalan gang ke kosan saya, meski termasuk aman tapi tetep sepi pas malam hari.
"Itu kan baru ya neng, dulu semua dipindahin. Diangkutin seisi-isinya."
"Oh..." Saya berlagak tetep tenang. Padahal... "Tapi emang kenapa, bang?"
Si abang jawab, "Ya nggak papa... Cuma bilang aja. Pokonya yang penting hatinya yakin ya, neng..."
Apalagi ini, batin saya. Saya cuma senyum, kecut. Setelah nasi soto saya selesai dibungkus, dengan langkah cepat-cepat dan mulut yang komat-komit baca alfatehah saya lalu melanjutkan perjalanan.

Saya menghargai informasi abang-abang ini. Tapi, bagi saya yang suka parno dengan hal-hal "semacam ini" tetep pengen maki-maki si abang juga sambil bilang "kalo nggak papa, terus kenapa harus bilang ke saya."

Kadang ada hal-hal tertentu yang alangkah lebih baiknya kita itu tidak perlu tahu. Seperti saya, mengetahui fakta bahwa kosan sebelah kosan saya bekas kuburan adalah sama artinya dengan berjalan dengan langkah tiga kali lebih cepat dari sebelumnya dan ngos-ngosan sampai di kamar. Nah, coba saya nggak tahu... Saya pasti bisa santai pas pulang kantor seperti sebelum-sebelumnya kan.



Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar