Juli 22, 2012

Undangan Tes

Beberapa hari yang lalu saya ada undangan tes di sebuah perusahaan asuransi multinasional di sebuah hotel besar di Kudus. lowongan ini saya dapatkan sebelumnya dari jobfair yang diadakan di Kudus. Dalam hati saya, "wow.. jobfair di Kudus!" setengahnya takjub setengahnya agak menyangsikan. yah, bukan apa-apa sih cuma Kudus itu kan kota kecil banget, jadi agak amazing juga mendengar kabar akan ada jobfair di kota ini.

Maka, jeng jeng jeng saya pun datang ke jobfair dan yah sesuai dugaan perusahaan yang ada pun perusahaan-perusahaan lokal dan kebanyakan tidak sesuai bidang ilmu saya. maka, saya pun mencoba memasukkan lamaran yang memang saya sreg pada perusahaan ini, salah satunya perusahaan asuransi ini. posisinya agak tak terlalu dipaparkan, oleh penjaga stand hanya diberi pengumuman bahwa akan ada tes di sini jam sekian silahkan datang. 

Okelah akhirnya saya datang di waktu yang dijanjikan. pikiran saya sebenarnya sudah kesana kemari, jelas saja lha wong tidak ada penjelasan jelas mengenai posisi apa yang ditawarkan. dan benar saja, ternyata yang dimaksud tes bukanlah tes. melainkan semacam seminar bisnis yang inti-intinya adalah mereka mencari agen asuransi atau kata lainnya marketing. karena memang saya tidak minat seminar ini pun akhirnya tidak saya follow up lagi.

Sebenarnya, yang dijanjikan sebenarnya menggiurkan. mendapatkan uang dengan syarat begini-begini, bila berprestasi dalam waktu lima tahun bisa menjadi miliarder. atau minimal dalam setahun bisa menghasilkan uang seratus juta. WAW! waw, siapa yang tidak mau? saya pun sempat tergelitik. siapa yang tidak mau banyak uang. saya tidak mau sok idealis, saya mencoba realistis bahwa siapapun butuh uang. di sepanjang acara saya justru merenung, dan nyatanya justru menemukan diri lain saya menolak argumen itu. 

Sedari kecil saya bisa dibilang hidup berkecukupan kalau tidak bisa dibilang berkekurangan. untuk makan cukup lauk tahu tempe, mau berpergian cukup ada motor, mau kuliah cukup hutang ke bank. jujur, saya bukan termasuk keluarga yang selalu ada. tapi itu membuat saya bahagia. mungkin karena salah satu faktor itulah membentuk pribadi saya yang tidak ambisius alias triman. nah, kembali dengan pekerjaan yang menggiurkan tadi saya jadi bertanya apakah yang demikian itu yang benar-benar saya inginkan. hidup dengan berambisi mendapat uang yang banyak. ditegaskan lagi oleh pengisi acara, "silahkan dicoba dulu. kalau memang tidak cocok anda juga akan mundur dengan sendirinya". terjadi monolog dalam diri saya, mencoba dulu apa salahnya. sayangnya semakin saya memaksa diri untuk mencoba pekerjaan ini diri saya lainnya justru menolak. bukan pekerjaan seperti ini yang saya inginkan. mungkin bagi orang lain menganggap saya sok idealis atau apa, tapi yang saya yakini bahwa hati saya menolak saya melakukan pekerjaan ini. terlepas dari alasan apapun yang muncul, tapi yang jelas hati saya menolaknya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar