Pagi tadi air mata saya meleleh dalam diam.
Kebiasaan rutin tiap pagi di rumah saya itu menonton berita
begitu mata terbuka byar. Dan pagi
ini, saat sedari kemarin saya sendirian saja ada di rumah, Bapak dan Ibu saya
ada di Jakarta kondangan kawinan, saya tertegun menyaksikan layar kaca di
tengah kesendirian.
Tentang konflik Palestina dan Israel.
Saya tidak membela manapun, meskipun saya muslim saya tidak
ada tendensi menyudutkan pihak tertentu. Keduanya sama-sama terdiri dari kumpulan
orang-orang bernyawa yang punya keluarga. Bayangkan, jika satu orang dimatikan
akan ada berapa orang yang terancam nyawanya. Andaikata yang mati orang
militer, jelas dia punya keluarga. Jika dia mati, bukankah sama saja nyawa
anggota keluarganya pun terancam. Apalagi bagi orang sipil, bagaimana bisa
mereka yang (pasti) membenci perang menjadi korban dari kekejaman perang itu
sendiri. Biadab!
Seharusnya semua industri alat pertahanan keamanan (saya
menyebutnya alat perang) dihancurkan. Semua industri ini dimatikan. Mereka
memuluskan jalan permusuhan. Wajar jika tiap manusi punya rasa sakit hati
bahkan dendam, pun dengan keinginan berkuasa (semua ini menjelma menjadi wajah pertempuran-pertempuran
di dunia). Bagi saya, benda-benda itu semakin melanggengkan permusuhan.
Oke, mungkin logika saya salah. Tidak seharusnya saya
mengkambinghitamkan alat perang yang padahal dibuat manusia-manusia juga. Saya
hanya berpikir, jangan-jangan jangan-jangan. Kita tidak tahu faktanya, yang
kita tahu hanya apa yang sudah diwujudkan oleh media, yang sudah sudah
direalitakan oleh televisi, koran, majalah, radio atau cerita-cerita manusia.
Kita sama sekali tidak tahu fakta sebenarnya seperti apa.
Di otak saya terbayang adegan-adegan di film, jangan-jangan
ini hanya buat-buatan pihak tertentu untuk melanggengkan kekuasaan. Siapa? Bakul pistol, pengembang-pengembang
senjata, penguasa industri alat perang. Oke, ini mungkin efek saya nonton
serial drama korea The King 2 Hearts (drama romantis yang membawa latar belakang
perang Korsel-Korut). Bahwa sebenarnya yang diuntungkan dalam pertempuran
adalah industri senjata, dan merekalah yang sebenarnya membenci perdamaian.
Tentu saja. Pastilah perang
di dunia ini tidak sesederhana di film. Tapi, bukankah seringkali permusuhan
hanya diawali oleh hal-hal sepele, yang dipelihara lalu jadi besar (seringnya
bahkan dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan tertentu).
Saya tak tahu pasti. Tapi sebagaimana yang kita tahu,
pepatah mengatakan “kalah jadi abu menang jadi arang”. Dalam pertempuran, semua
pihak yang bersengketa tidak akan ada yang menang. Semua kalah. Tidak ada
kebahagian menang perang, yang ada hanya nestapa yang ditimbulkan akibat perang.
RIP to people who died by war. Alfatihah...
*gambar dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar