Kebiasaan menyenangkan di kantor. Silakan untuk datang siang. Tak harus jam 9 duduk manis di kantor. Mungkin beberapa orang menyebutnya kondisi idaman. Yang jelas, mesin presensi tetap mencatat kehadiran individu minimal 8 jam.
Datang siang, pulang tentu lebih larut dari pegawai kantor pada umumnya. Jam 10 bisa jadi sampai jam 1 malam. Atau lebih. Mungkin beberapa orang menganggapnya keuntungan. Bisa terhindar dari macet yang senantiasa membuat orang hampir kesetanan.
Semalam, saya dan kekasih saya sempat berbincang dengan rekan beda devisi. Beliau supervisor di salah satu bagian, cantik, dan masih terhitung pengantin baru. Jam setengah 9 malam selepas saya balik dari makan malam. Dia berjalan kembali masuk gedung, setelah katanya menunggu taksi di luar yang tak kunjung dapat.
"Jam segini taksi susah mba..." Yang seperti ini, biasanya percakapan basa-basi.
"Iya." sahutnya.
"Aku biasa pulang diatas jam 12 sih, taksi di luar banyak." Sahut kekasih saya.
"Nanti kalau udah menikah, pasti jam 9 udah bawannya pengen pulang." Sahutnya.
Kami lalu tertawa bersama.
Dalam hati, iya juga sih.
Beberapa orang, mungkin menikmati berangkat ke kantor siang dengan asumsi "udah engga terlalu macet". Pas pulang lebih dari jam 10 malam, "jalanan udah sepi kalo jam segitu." Tebak-tebak sih, mungkin yang demikian ini tidak (belum) punya prioritas lain selain di kantor. Prioritasnya karir. Tapi berdasar riset amatir, hasil dari mengamati beberapa orang di kantor, yang demikian ini kebanyakan single, belum berkeluarga. Ini belum sahih lho. Cuma asumsi. Eh tapi yang single, pulang kerja tepat waktu juga banyak. Banyak alasanlah.
Hidup kan memang soal pilihan, dan soal menentukan prioritas.