Kamu datang dalam teleponmu sore ini, "jadi aku jemput ya..."
Aku hanya bisa menelan ludah, membenarkan dugaan atas kegamangan menerima teleponmu.
"Sekarang nggak mau lagi ya jalan sama aku..." Katamu lagi.
"Bukan gitu..."
"Tapi nggak mau diajak jalan." Tegasmu.
Aku hanya terdiam.
"Kamu tahu pasti alasanku..."
"Dan kamu lebih paham perasaanku, juga perasaanmu sendiri."
"Dan kamu nggak mau tahu perasaan orang lain diantara kita."
Kamu terdiam. Seperti katamu, aku memang jahat. Padamu. Dan meski pada hatiku sendiri.
Kita ibarat orang yang bertemu di shelter. Pemberhentian sementara. Yang kebetulan shelter itu membuat kita sama-sama betah dan nyaman. Hingga kita hampir lupa bahwa ini hanya shelter, pemberhentian sementara. Bukan tujuan kita. Kamu akan tetap ke rumahmu. Dan aku kembali ke rumahku.
Maka sebelum kita terlalu jauh hingga lupa rumah kita masing-masing, sebaiknya kita hentikan. Karena sampai kapanpun, shelter tetaplah shelter, pemberhentian sementara.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT