Tak ada yang pernah mampu menggambarkan bagaimana datangnya
ajal. Kebanyakan orang hanya menduga-duga. Kebanyakan pertanda hanya bisa
dirasakan oleh si tokoh utama. Sementara tokoh pendukung hanya menduga
berdasarkan fakta-fakta yang sudah pernah ada. Semua pun menjadi terang setelah
firasat dan praduga terbukti adanya, mbah putri “berangkat” pagi itu. Menyusul
sang anak lelaki kesayangan yang telah terlebih dulu meninggalkannya hampir dua
bulan sebelumnya.
Lalu akhirnya tak banyak air mata, karena tentu saja itu
sudah jalan paling baik bagi mbah putri di kondisinya yang semakin renta. Semua
ikhlas, karena tak ada yang sanggup lebih lama menyaksikan penderitaan mbah
putri.
bersama mbah putri lebaran tahun lalu :) |
sang ibu diapit para anak lelaki. pakde (kiri mbah putri) terlebih dahulu berangkat. |
Semoga beliau mendapat jalan terang di sana. semoga semua
amal ibadahnya diterima oleh Penciptanya. Amin Ya Rabbalalamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar