Seberapa besarkah imajinasi seorang anak? seluas langit di angkasa. anak-anak punya imaji tak terbatas atas kehidupannya, atas mimpi-mimpinya, atas apapun yang ia perbuat. dan itu sah-sah saja tentunya. apakah nanti terwujud atau tidak saya kira itu tak penting.
maka berbanggalah orang tua yang memiliki anak bercita-cita luar biasa. menjadi dokter, tentara, pilot, guru, penyanyi, pelukis, arsitek dan segudang jenis profesi menjanjikan lainnya.
lalu bagaimana seorang anak yang bercita-cita menjadi seorang pengamen? atau kondektur?
ini cerita tentang sepupu saya, Alif. Dia anak yg agak berlebihan a.k.a hiperaktif, aslinya sih cerdas. sayangnya nakalnya luar biasa. suatu ketika dia menjahili adiknya sampai sang adik nangis kejer.
lalu bapak saya berkata, "kamu jangan nakalin adikmu, mas. nanti kalo ibukmu sudah tua gak bisa masak kamu yang masakin buat adikmu lho."
si Alif ini protes dengan ngotot, "aku kan ga bisa masak."
"lho trus gimana maemnya?" kata bapak saya lagi.
"nanti tumbas." tukasnya
bapak balas lagi, "lha apa kamu punya duit?"
"nanti aku ngamen."
omaigat. kenapa dia berkata dia akan ngamen. kenapa dia tak ingin jadi dokter misalnya. si Alif ini kelas tiga SD. bukankah di usia itu ada beragam profesi yang sudah dia ketahui, kenapa justru yang tercetus di kepalanya adalah ngamen.
ini cerita lain lagi. cerita seorang anak tetangga simbah saya yang tinggal di Cepu. bapaknya seorang kernet atau kondektur truk angkut. suatu ketika, ketika dia ditanya tentang mau jadi apa dia kelak dia jawab dia ingin menjadi kernet! Oke, bukan maksud saya merendahkan pekerjaan ini. pekerjaan ini toh memang halal. atau karena ia amat mengidolai ayahnya, inspirasinya adalah sang ayah. bisa jadi tentu saja. tapi apakah anak ini benar tak punya imajinasi lain, yang lebih wahh!
katanya, apa yang dikatakan anak-anak itu berdasar dari apa yang dilihatnya. jadi sebenarnya memang tak salah kalo seorang anak ketika dia ditanyai dia ingin jadi apa kelak, dia menyebut sesuatu yang paling dekat dengan mereka, anak yang ingin jadi kernet tadi misalnya. dan saya pikir-pikir lagi tak masalah, toh nanti setelah beberapa tahun lagi ketika dia semakin banyak pengalaman, bertemu semakin banyak orang pikirannya akan jauh lebih terbuka. bukankah seseorang tumbuh, ingin mencapai apa, adalah hasil dari pengalaman hidupnya, hasil pencarian jati dirinya. yang jelas, tidak membatasi mimpi anak-anak, memberikan wilayah mereka untuk mencari sendiri apa yang mereka inginkan.
ahh, kata-kata saya sok berasa sudah punya anak saja, hihi :p
wah, kaya'nya udah siap mengasuh anak nih :D
BalasHapushihihi enggalahh. beloomm :D
Hapuskamu aja dulu hehehe