Dilema. Ini bukan tentang judul filmnya Wurat Guritno yang
baru , apalagi judul lagunya Cherry Belle :P Dilemma adalah semacam kata yang
mewakili perasaan saya beberapa hari terakhir ini (tsaahh :p). bukan, bukan
tentang cinta. Tapi tentang pekerjaan.
Dilema pertama.
Dilema pertama.
Menjalani peran sebagai seorang anak yang telah lulus
kuliah, tapi belum mendapat pekerjaan membuat saya kadang-kadang pekewuh (tak
enak hati) pada orang tua. Apa lacur? Karena saya masih saja menodong minta
uang pada mereka. Padahal, di usia saya yang sekarang seharusnya saya sudah bekerja dan
bahkan sudah bisa membagi rezeki saya pada orang tua. Malu? Jangan ditanya.
Tapi sisi diri saya yang lain selalu membuat pembelaan bahwa ya memang sudah
semestinya, wong saya sampai kapanpun masih anak mereka. Hahaha… bisa dibilang statement ini memang
untuk menutupi rasa malu pada diri sendiri karena masih harus bergantung pada
orang tua. Dan saya yakin, ini terjadi pada siapapun yang mengalami hal yang
sama dengan saya. Seorang freshgraduate
yang masih menunggu panggilan pekerjaan.
Dilema kedua.
Dilema kedua.
Ya ya ya, ini soal pekerjaan. Ada banyak sekali jobs vacancy
di Indonesia apalagi di dunia ini, yang sesuai dengan kapabilitas dan kemampuan
yang saya miliki. Tapi, dari sekian ribu pekerjaan ini tidak banyak ternyata
yang saya inginkan. Sebenarnya pekerjaan seperti apa yang saya inginkan?
Konkretnya? Entahlah, bahkan saya belum ada bayangan pasti. Tapi yang jelas
pekerjaan yang saya inginkan adalah pekerjaan yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan hati nurani saya.
Ngg… menurut saya, mencari pekerjaan sama susahnya mencari pasangan. Saya bukan tipe orang perfeksionis. Yang bukan berarti saya tipe pemilih. Tapiii, entahlah… kadang bagi sebagian orang mencari pekerjaan dengan asal memasukkan lamaran pekerjaan dengan alasan : “dicoba dulu, belum tentu keterima dan kalaupun keterima nanti bisa dipikirkan lagi”. Saya tidak sepakat dengan statement ini.
Ngg… menurut saya, mencari pekerjaan sama susahnya mencari pasangan. Saya bukan tipe orang perfeksionis. Yang bukan berarti saya tipe pemilih. Tapiii, entahlah… kadang bagi sebagian orang mencari pekerjaan dengan asal memasukkan lamaran pekerjaan dengan alasan : “dicoba dulu, belum tentu keterima dan kalaupun keterima nanti bisa dipikirkan lagi”. Saya tidak sepakat dengan statement ini.
Bagi saya, sebagaimana mencari pasangan, kita pasti akan memilih yang menurut kita benar-benar pas. Saya pribadi, tidak akan berkata : “iya, kita coba dulu. Kalo cocok terus, kalau tidak cocok ya sudah” dalam memilih pasangan. Karena bagi saya, kalo dari awal sudah tidak ada chemistry (kata orang sih begitu) buat apa membangun sebuah relasi. Bagi saya sayang saja menginvestasikan hati dan perasaan dalam relasi yang gelap masa depannya. Nah, sama halnya memilih pasangan, memilih pekerjaan pun saya rasa begitu. Saya harus, “nah ini dia” pada sebuah pekerjaan sekalipun itu masih lowongan, sehingga saya bisa menempuh segala proses dengan sepenuh hati. Sepanjang pengalaman saya sih begitu (meskipun bisa dibilang belum terlalu banyak juga proses rekrutmen yang telah saya ikuti :p).
Jadi, pastinya tidak akan kegalauan yang saya rasakan jika dari awal saya sudah niati sepenuh hati mengikuti proses rekrutmen ini. Beda jika awalnya hanya coba-coba.
Lalu apakah memang bisa, apakah sebanding proses mencari pekerjaan dianalogikan dengan proses mencari pasangan? Bisa. Karena dua-duanya sama-sama mencari rizki demi kesejahteraan diri. Bukankah kita ingin mendapatkan pasangan yang membuat kita nyaman, bahagia, bangga. Begitu juga dengan pekerjaan, sesuai hati nurani saya pribadi sih ingin pekerjaan yang nyaman, saya bahagia menjalaninya, dan saya akan bangga menjadi bagiannya. Terlebih saya pun ingin bekerja yang tidak menjadikan saya sebagai pekerja.
Pasti ada juga yang bilang : “kamu sih belum pernah kepentok, memang itu idealisme yang baru lulus. Nanti kalo udah kepentok, juga pasti kerjaan apa aja diambil.” Ya, semoga saja tidak. Saya sih yakin, di luar sana ada banyak peluang seperti keinginan saya. Tinggal seberapa besar usaha kita dan kesaabaran kita. Kalo memang tidak sabar ya bagaimana lagi. Kita toh masih punya akal untuk memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan.
Oh iya, saya hampir lupa. Tuhan tidak tidur lho, Dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjawab keinginan bahkan mimpi-mimpi kita. Jadi, sepertinya saya insyaalah tetap gak akan asal-asalan mencari pekerjaan, saya tetap harus menjaga segala keinginan saya untuk nantinya dipertemukan oleh Yang Di Atas dengan yang saya inginkan. Nah bukankah saya sudah membuktikan hal-hal seperti ini, jadi untuk apa saya takut. Untuk apa saya harus bimbang… bukankah begitu :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar