Bagi saya, film yang membuat kesal dan menyesal sudah saya tonton itu adalah film yang sampai ending si tokoh jahat tidak mendapat balasan setimpal atas semua kejahatan yang sudah dilakukannya. Mungkin terlalu klise bahkan kuno jalan cerita yang demikian dimana sebuah cerita si tokoh jahat kalah oleh kebenaran dari si tokoh baik. Tapi jika sampai akhir si tokoh jahat tetap ada dan masih jahat membuat otak saya berkerut-kerut “Memang ada ya orang yang demikian di dunia?”
Terlepas dari status
film yang based on true story dan pastinya ada beberapa bagian yang
dibumbu-bumbui, tetap saja saya susah menerima ada orang yang sebegitu jahatnya
pada hidup orang lain. Jahat sekali sampai sifat yang nampak hanya ingin orang
lain tersiksa.
Rasa-rasanya saya hampir terjebak pada
persepsi bahwa film itu fiksi, bukan realitas sebenarnya. Jadi saya tidak sepenuhnya yakin jika benar di kehidupan sehari-hari ada tipe orang dengan
karakteristik dan sifat yang amat jahat, suka menyiksa manusia lain dengan
penuh kesadaran dan tak pernah menyesal sedikitpun (saya jadi ingat tokoh
Mischa di Cinta Fitri). Itu semua hanya imaji saja, sebagaimana imaji saya tentang ratu jahat yang memberi apel beracun pada snow shite atau bawang merah yang selalu menyiksa bawang putih.
Tapi katanya karya seni termasuk film itu adalah representasi budaya setempat. Bisa jadi juga mungkin memang benar ada orang yang jahat super-super jahat itu.Iya sih ya... tentu saja, bukankah pemerkosaan, penjambretan, pemukulan, tawuran, sering pula mengisi halaman-halamn koran dan berpuluh-puluh menit tayangan televisi. Wah, sepertinya selama
ini saya sudah memaknai kehidupan sedemikian manisnya ya, tanpa sadar sebenarnya banyak sekali orang jahat yang super jahat di kehidupan sehari-hari. Ck!
*gambar dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar