Kepuasan Konsumen #2

Di Mall sering sekali kita jumpai mbak-mbak dan mas-mas, SPG dan SPB make up atau parfum. nah, kemarin saya jadi korbannya. bukan saya sih, tapi bapak saya.

Jadi ceritanya saya dan bapak ke hypermart. nah, pas balik dicegat sama mas-mas marketing make-up itu, yang dijual di botol-botol berbentuk tabung kecil itu lho. katanya sih dari sari pati bengokoang jadi aman. Nah, karena saya sudah sering menemui yang seperti ini biasanya saya tegas menolak ketika dibujuk-bujuk. Tapi berhubung karena saya sedang sama bapak (bapak saya ini orangnya baik) yang ternyata bersedia jadi bahan eksperimen si mas-mas tadi, jadi mau tak mau saya ngekor di belakang. saya sih sudah males-malesan mendengerkan, sementara si masnya udah oles-oles tangan bapak saya, promosi inlah itulah.

Bapak saya tipe orang lama, yang gak pernah pake make up kecuali lotion badan itupun kalo beliau selesai melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat dan berpanas-panas. selebihnya ya tidak peduli, oya, fyi bapak saya guru dan usianya sudah lebih dari setengah abad. jadi, tidak terlalu peduli juga dengan barang-banrang sejenis itu.

Karena bapak saya kadang-kadang suka terkecoh dengan rayuan-rayuan penjual yang demikian (katanya sih nggak enak nolaknya) makanya saya awasi terus di sebelahnya. saya baru nengak-nengok ke kiri kanan eh tiba-tiba muka bapak saya sudah di oles-oles. saya geregetan juga.... dan si masnya malah ikutan-ikutan promosi ke saya. katanya dengan krim itu bisa bikin muka saya putih dan lebih cerah, noda-noda bekas jerawat yang hitam-hitam juga bisa hilang dari muka saya. Dalam hati saya mengumpat "kurang ajar ini orang, nggak sopan,"

Saat bapak saya hanya bisa meringis, ganti saya yang mejelaskan bahwa kami tidak tertarik, bapak nggak biasa memakai make-up, lagi pula bapak kerja di dalam ruangan. Awalnya masnya masih ngotot, dengan logat malaysianya dia tetap ngotot bahwa krim ini juga tetap bisa digunakan walau tidak biasa ber-make-up.

Saya bantah lagi, eh dia ngotot juga sampai akhirnya dengan sedikit kesal saya bilang bapak kerjanya di tempat nyaman ber-ac jadi nggak perlu kaya-kaya begituan. Mas-masnya ini lalu berkata bahwa bapak sombong. saya kaget, "ini orang sakit jiwa apa ya. kok malah ngatain orang." Dan dengan gayanya yang meremehkan, kami akhirnya meninggalkannya.

===

Lagi-lagi tentang pelayanan pada konsumen. Penjual apapun, saya rasa memiliki adab untuk menarik perhatian konsumen agar bersedia membeli. Apalagi dengan bentuk promosi yang demikian, setahu saya (CMIIW) tujuan sales pomotion jika produknya belum dikenal adalah lebih untuk mengenalkan produk dengan memberi kesempatan pada konsumen mencoba produk. Tidak diberondong tuntutan, malah cenderung dipaksa untuk membeli produk. Seharusnya, saat promosi berlangsung jika konsumen terlihat kurang nyaman, promosi tidak diteruskan atau dialihkan pada cara-cara bagaimana membuat konsumen enjoy terlebih dahulu. Jadi konsumen juga merasa tidak dipaksa.

Ssaya jadi berpikir berulang kali. kalau seperti itu, jangan-jangan memang kami yang salah tidak menolak dari awal karena sebenarnya kami memang tertarik. Ya mungkin memang kami yang salah. Sementara dia berjualan tujuannya untuk mendapat pembeli dan untung. Tapi bukankah selalu ada cara-cara yang terpuji, ada etika, untuk menawarkan barang pada konsumen. Dan bukankah konsumen itu aset, siapa tahu suatu saat konsumen bisa jadi malah tertarik untuk membeli dan mengonsumsi. Nah jika seperti itu, siapa yang hendak kembali ke situ lagi.