Bila di masa sekolah kita diajarkan teori bermasyarakat, kini ketika dewasa seringkali kita dihadapkan untuk praktek bermasyarakat.
Minggu lalu, bapak kos saya meninggal. Karena penyakitnya juga karena usia. Berbendera kuning di depan pagar, malam itu kos mendadak menjadi ramai orang-orang. Saudara-saudara si empunya rumah.
Saya bukan tak pernah menghadiri pemakaman. Beberapa kali menjadi tuan rumah di upacara pemakaman. Tapi, ketika kejadianya bapak kos meninggal ini saya justru kebingungan, saya harus bagaimana? Datang ke upacara pemakaman pasti. Lalu apa? Bawa beras takziyah seperti layaknya di kampung saya atau bagaimana?
Ternyata hal seperti ini sering tak terpikirkan. Bahwa ternyata, ada hal-hal sepele yang menunjukkan sekalipun saya hidup sendiri, tetaplah saya bagian dari masyarakat. Meskipun minor. Saya lalu ingat, betapa hampir bahkan tak pernah berinteraksinya saya dengan tetangga kos. Sibuk dengan dunia sendiri, sampai kadang-kadang tak sadar apa yang sudah terjadi pada kehidupan di sekeliling kita.
Ah, siapa tak rindu tinggal di kampung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar