September 21, 2013

Kertas

Adalah perjalan yang panjang dari batang pohon hingga ia bisa sampai ketangan manusia, menjadi kertas, yang bebas untuk dicorat-coret. Lalu usai, dibuang begitu saja. Padahal konon (yang saya yakini juga sih) penggunaan selembar kertas mengancam kehidupan bumi dan kesejahteraan anak cucu kita.

Dulu dulu saya masih acuh. Tp sekarang semenjak saya bekerja rasa-rasanya melihat kertas berakhir begitu saja, sekali dua kali pakai, rasanya miris. Bersalah dan berdosa!



September 05, 2013

Sukab pacarnya Alina

Saya kenal Sukab belum lama, meski ia sudah terkenal sejak 1993. Tadinya saya abai begitu saja, sampai di suatu ketika saya terkejut mendengar nama saya disebut di awal pembuka sebuah pementasan teater.

"Alina..."

Saya ingat sekali, saya langsung deg-deg-ser disapa seperti itu.

oleh Sukab.

Sukab yang itu adalah kawan dari jurusan lain di kampus saya.

Pementasan teater itu berupa monolog dengan naskah berjudul "Sepotong senja untuk pacarku". saya baca selebarannya. Dan ternyata jeng jeng jeng... pementasan itu berangkat dari naskah cerpen Seno Gumira Ajidarma berjudul sama. Sebagai anak seorang guru bahasa Indonesia (halah), saya cukup tau siapa Seno, tapi sejujurnya saya tak pernah menikmati karya-karyanya. Apalagi naskah tentang si Alina ini.

pada detik setelah pementasan itu saya langsung google mencari tentang si Sukab ini. dan ow ow ow.... saya yang kebetulan bernama sama langsung bangga membaca cerpennya. seolah-olah, cerpen dalam kemasan surat itu memang ditujukan pada saya. apalagi pada bagian si Sukab memotong senja lalu dimasukkan ke sakunya, sampai dikejar-kejar polisi segala, sampai ahh... rasanya-rasanya senja iu memang untuk saya.

Lucunya, surat si Sukab ini ternyata di balas oleh Alina, setelah beberapa tahun kemudian. Alina-nya si Sukab lho. bukan saya, hehe

Semalam saya tanpa sengaja menemukan akun twitter si Sukab. antusiaslah sudah pasti. apalagi bio-nya nyebut Alina-alinanya. haha. saya jadi deg-deg-ser lagi. saya telat yah taunya? ya biar saja... yang penting nama saya ada.




"..... Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.
......"
itu bagian favorit saya.



September 03, 2013

#bahagiaitusederhana

seorang sahabat bercerita, diantara waktu yang seharusnya bahagia ia justu merasa sebaliknya. Ia berprestasi, sayangnya ia merasa tak bahagia. ia punya kesempatan luas, sayangnya ia justru merasa tak bisa berbuat apa-apa.

manusia konon makhluk yang tak terbatas kepuasannya. tak pernah merasa cukup, selalu meminta lebih, mencari lagi dan mencari lagi. Tidak diberi protes, diberi ini minta yang itu, diberi yang itu ngiri yang sana, lalu seterusnya-seterusnya dan seterusnya.

kalo kata bapak saya dulu, dulu sekali saat saya masih kecil saat saya hanya bisa iri melihat teman saya punya sepeda baru, atau kawan saya yang motor orang tuanya keluaran terbaru sementara bapak saya hanya punya motor antik tua dan cuma satu, "lihat ke bawah. berkaca pada yang dibawah." kita pasti akan merasa lebih beruntung.

tiap orang memiliki takaran kebahagiaan yang berbeda. mungkin itulah Tuhan menyuruh manusia bersyukur, bersyukur, dan bersyukur.


dan pada akhirnya, saya mungkin harus mengikuti mainstream pake #bahagiaitusederhana
=)

September 02, 2013

Sajak kepada Pemain Peran

Sepasang pemain peran seperti sedang beradu akting.
Menjalani ritual menempuh separuh tradisi pernikahan,
lamaran.
Kamera membidik
tawa mencair, dialog pun mengalir.
Entah itu asli entah itu sekedar akting.

Sepasang pamain peran lainnya telah sah menjadi pengantin.
Benarkah mereka tidak sedang berakting?
Membuat resepsi manis di atas hamparan pasir.
apa ikrar yang terlontar tidak hanya sekedar setting?

Karena siapa tahu, kita
sedang salah menafsir.


**

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT